Sampai kapan saya bisa bangga menyebutkan almamater saya?
Sampai kapan saya bisa berhenti, lihat kebelakang, dan berdamai?
Sampai kapan saya bisa berhenti, lihat kebelakang, dan berdamai?
Sampai kapan saya sanggup megang kuas, lihat kanvas, dan mulai ngelukis tanpa embel-embel?tanpa sumpah serapah?tanpa nilai dari orang-orang?
Sampai kapan saya bisa memaafkan mereka yang memang pantas di situ?
Sampai kapan saya mau mencerna dan membiarkan kembali ide-ide liar menemani hari-hari yang menjenuhkan ini?
Sampai kapan saya bisa ke Bandung tanpa beban?
Sampai kapan saya bisa cukup bermimpi buat megang DSLR?
Sampai kapan saya kuat bermimpi buat bisa ini itu?
Sampai kapan saya mempertahankan gengsi yang menyiksa ini?
Sampai kapan saya bisa mengakui kalo saya butuh orang lain?
Sampai kapan saya bisa benar-benar diandalkan di keluarga ini?
Sampai kapan label jaman dulu saya menghilang?
Sampai kapan saya bisa mengawali doa-doa panjang dengan ikhlas, tanpa rasa sesak,malu dan marah?
Sampai kapan saya cukup tenang dengan hanya berkata, God do you hear me?
Sampai kapan saya bisa berdamai dengan semua keperfeksionisan yang sangat mengganggu ini?
Sampai kapan saya bisa membuat otak ini bekerja lebih keras, kaki ini bisa jalan dengan arah pasti?
Sampai kapan saya punya alasan untuk menangis?
Sampai kapan saya berhenti berandai-andai?
Sampai kapan saya berhenti merindukan zona nyaman saya yang sangat sangat nyaman?
No comments:
Post a Comment