Menyiapkan, duduk, kerjasama, menuangkan pikiran masing-masing dan exclude apa yang udah jadi kesepakatan rapat, tetap sambil berdoa dan sigap dengan segala sesuatunya. Iya, memang itu yang seharusnya terjadi. Tapi? Oke, acara The World Needs Psychology adalah acara exhibition pertama dari Himapsi UB. Acara yang muluk-muluk kata banyak orang, tapi menurut saya acara ini perlu. Mengapa? Pertama, atas asas eksistansi jurusan kita di masyarakat Malang sendiri. Kedua, orang-orang kita, mahasiswa jurusan kita sudah waktunya menyelenggarakan acara besar yang menuntut sebuah kepanitiaan yang profesional.
Pendapat saya pribadi? Oh tidak. Awal mula, saya memang terinspirasi dari anak kos saya, Indah CW. Dia salah satu angkatan 2010 arsitek UB yang waktu itu sempat mengadakan pameran di Mx juga. Saya pikir, kenapa tidak. Psikologi sudah menjadi salah satu kebutuhan, masyarakat sudah mulai melek, kalo perlu ilmu psikologi di setiap aspek kehidupan. Bahkan hal ini didukung dengan tingginya minat saat SNMPTN atau ujian masuk universitaas lainnya. Psikilogi sudah menjadi salah satu jurusan yang sedang naik daun. Saya lempar ide ini ke anak Humas. Ternyata responnya positif, dan terbentuklah kepanitiaan.
Saya pribadi merasa ada tanggung jawab yang besar juga, karena ide ini muncul dari saya. Menyiapkan, mendesain, mengexclude ide dari per seorangan dan dilempar ke teman-teman yang lain memang tidak semudah yang diharapkan. Daya tangkap, daya bayang, daya juang tiap individu memang berbeda-beda. Di sinilah saya merasa kecewa. Kecewa karena apa?
Kecewa kepada diri saya sendiri yang ternyata belum melihat kondisi teman-teman untuk sebuah kepanitiaan yang besar seperti ini. Saya kecewa dengan tingginya bayangan dan ekspektasi saya pribadi akan acara ini. Ada banyak kepentingan, selain tugas kuliah yang hampir membunuh, juga mungkin tanggungan organisasi-organisasi lainnya. Atau memang minat teman-teman saya saja yang masih rendah? Atau hasrat se visi kita yang belum utuh betul?
Sekarang, H-4 dan belum apa-apa, menurut saya. Tetapi, niat tulisan saya ini bukan untuk menyindir atau menyinyir yang lain, bukan. Ini lebih ke bentuk refleksi ke diri saya pribadi. Apa yang sudah saya lakukan dari awal kepanitiaan ini terbentuk, apa sudah benar? Apa ada yang terlewat? Atau saya sendiri yang kurang observasi dan pengamatan? Atau apa ya? Mengapa masih ada dari panitia yang tidak menaruh prioritas acara ini di list ter penting dalam minggu ini?
Apapun yang terjadi, terlepas dari sukses tidaknya nanti. Atau kacaunya harapan awal saya nanti. Atau bagaimanapun akhirnya nanti, harapan saya cuma satu. Semoga dengan adanya acara ini, teman-teman saya, dan saya khususnya, mengalami sebuah proses pembelajaran yang bisa menuntun dan membuka mata kita lebih lebar, bahwa apapun yang sudah menjadi tanggungjawab kita, harus diperjuangkan sekuat tenaga. Menjadi profesional itu memang susah, dan mungkin kita sangat jauh dari kata itu, tetapi berusaha untuk menjadi dan mengarah kesana harus dipikirkan dari sekarang. Kehidupan di luar kampus lebih keras, kalau cuma ngomong saja, semua orang juga bisa. Tetapi, siapa yang bisa membuktikan omongannya itu yang luar biasa dan akan dicari orang. Talk Less Do More! All is Weel. Hope we are lucky!
No comments:
Post a Comment