Monday, November 19, 2012

Mamaku dan Alfamart

      Sebulan yang lalu, aku diajak Mama pergi silaturahmi ke beberapa rumah temannya. Acara silaturahmi ibu-ibu. Layaknya kumpulan ibu-ibu yang lain, ngobrol, menceritakan kegiatan dan perkembangan anak masing-masing, tuker-tukeran info, dari info resep rainbowcake kukus, sampe info les-lesan anak. Sambil sesekali menyeruput teh dan menikmati jajanan di toples. Menjelang sore, sampailah pembicaraan ke arah yang lebih serius. Teman Mama cerita bagaimana tenangnya dia, karena baru-baru ini dia beli waralaba Alfamart di dekat rumahnya.     

       “Enak Bu Fir, tinggal ngawasin sesekali, selebihnya, Alhamdulilaaah, uang SPP anak-anak ini jadi nggak deg-degan lagi “ cerita Beliau.
      “Apalagi ini kepercayaan suami ke saya, jadi saya juga nggak nganggur-nganggur banget di rumah. Ada aktifitas, tapi masih bisa ngurus anak. Hidup jadi sehat Bu! “ tambahnya.
      Mama mulai tertarik kayanya. Ia menegakkan badan, siap menyimak dengan serius.
      “Iya? Coba-coba mana kertas? Ayo coba itung-itungan Bu!” tantang Mama.
      Teman Mama itu berdiri, mengambil kertas dan mulai mencoret-coret dengan angka-angka. Aku ikut memperhatikan. Bisnis seperti ini selalu jadi topik bahasan yang menarik buat aku, apalagi buat Mama yang belakangan ini sibuk cari dan memutuskan bisnis sampingan.
      “Iya sih, aku juga hampir tiap hari ke Alfamart. Beli minuman adem, tambah tua gini, cepet banget ya dehidrasi. Kalo jauh-jauh males juga parkirnya, jadi ya emang paling enak ke Alfamart ya.”  kata Mama.
      “Lah iya Bu Fir, ini kan jaman praktis, kalo buat sehari-hari ya males juga jauh-jauh, pilihnya yang pasti-pasti aja, harga kepajang, ada pilihan, bisa milih. Pasti enaknya ya ke minimarket kan. Nah ini, kalo kita nggak peka ngeliat pasar, sayang banget kan.”  tambah teman Mama.
      Mama khusyuk memperhatikan, mencatat di notesnya sesekali, terkejut, ada semangat yang besar dan harapan yang besar pula, terlihat dari binar matanya. Bisnis minimarket, apalagi Alfamart, adalah hal yang paling diharapkan sama Mama. Sekarang, Mama bertemu orang yang dengan gamblangnya menjelaskan panjang lebar. Mama seperti bertemu dengan sosok kiriman Tuhan kayanya. Sudah beberapa kali Mama memintaku untuk membukakan internet dan mencari info tentang waralaba Alfamart. Mama pun sudah beberapa kali membaca ulang dan ulang, namun ia akan lebih yakin dan mantap jika ada orang yang sudah berpengalaman langsung dan bisa menceritakan kepadanya tentang bagaimana cara memulai, dan apa saja yang harus dipersiapkan, seperti itu.
      Mama membesarkan kita bertiga dengan penuh semangat dan pantang baginya untuk menyiapkan pendidikan yang setengah-setengah bagi kami. Namun ia juga menyadari, pendidikan adalah hal yang mahal di jaman sekarang. Gaji tiap bulannya tidak bisa membuat perasaannya tenang. Harus ada terobosan baru dalam karirnya, terlebih lagi untuk persiapannya menghadapi hari tua. Waralaba yang menjanjikan dan ia yakini mampu menjawab semua gundah gulananya salah satunya adalah Alfamart.


      Di jalan pulang, Mama membahas hal ini lagi. Ia bercertia banyak, tentang harapan dan ketakutannya. Harapan agar pendidikan adik-adikku terjamin, agar Sami dan Bika bisa masuk kuliah kedokteran, agar aku bisa langsung lanjut S2 setelah lulus tahun depan. Mama bercerita bahwa tabungan terbesarnya adalah anak-anaknya, aset pertama yang harus ia penuhi adalah pendidikan anak-anaknya. Mama menaruh harapan besar dengan rancangannya sore ini. Dengan obrolan hari ini. Dari senyumnya dan tatapan matanya, aku tau, ia berharap besar akan hal ini. Aku selalu mendoakan semoga Mama dapat jalan terbaik dan dimudahkan jalannya untuk mewujudkan mimpinya punya salah satu gerai Alfamart, Amin.



1 comment:

  1. Jadi inget Ibuku sendiri sambil nangis..
    perjuangan seorang ibu tidak akan pernah luntur dalam hidupku.

    Sukses yah untuk lombanya.

    ReplyDelete