Rak bukunya sudah penuh, hampir roboh
malah. Tapi dia sepertinya tidak pernah peduli, buat dia buku adalah
segala-galanya, agak aneh mengingat umurnya yang baru 11 tahun. Dia sanggup
berjam-jam diam di toko buku, bahkan ia hanya meminta hadiah ulang tahun berupa
tambahan alokasi waktu buat menjelajah toko buku. Ketika anak seusianya masih
asyik search ‘cara ngebunuh babi di
Angry Bird Space’ ia malah search
‘harga kindle dalam rupiah’. Saat liburan kemarin, dia merengek minta ijin buat
berkemah ria di teras rumah ditemani Bibi. Nggak tanggung-tanggung, dia minta ijin
mendirikan tenda hello kittynya
seminggu. Setelah makan malam bersama Mama dan Papanya, ia menyiapkan selimut, Froyo,
iPod Nano, lotion dan teleskop kecil oleh-oleh Om Bary sepulang dari Jerman bulan
kemarin. Satu lagi yang tidak boleh terlupa, buku. Saat itu dia kalap
menghabiskan serial Hunger Games. Baginya, berkhayal menjadi astronot dan punya
pabrik cemilan khusus astronot adalah hal terindah kedua setelah melahap buku.
Namanya Nimo, lengkapnya Nimo Exacty. Dia
anak tunggal dari pasangan bankir ternama ibukota. Sejak pertama kali lahir di
dunia ini, ia tidak pernah sekali merengek karena susunya habis, atau karena pempersnya belum dibeli. Hidupnya bisa
dibilang bergelimang harta. Untuk seorang anak tunggal, kasih sayang buat Nimo
adalah harga mutlak. Apalagi setelah kejadian keguguran beberapa kali yang
membuat orangtuanya menyerah untuk menghadiahkan Nimo adik. Sejak masuk
playgroup, Pak Neman dan Bi Ira adalah teman setianya. Bukan, bukannya Nimo
tidak pandai bergaul. Di sekolahnya, SD Bilingual yang megah itu, Nimo terkenal
dengan Genk Sweet Smelling nya.
Maklum, parfum yang biasa ada di tasnya adalah parfum kelas Body Shop yang baunya aduhai itu. Tetapi
Abagi Nimo, hangout bareng genknya ala anak ABG kelas atas itu bukan aktivitas
yang masuk dalam daftar listnya.
Selain itu, melihat film yang diadaptasi
dari buku adalah hal yang harus ia hindari. Mamanya sampai susah payah
membujuknya nonton Laskar Pelangi yang sempat heboh berapa tahun kemarin. Nimo
selalu ingin teriak marah ketika khayalannya hancur karena adegan di filmnya tidak
sesuai apa yang ada di kepalanya. Perfeksionis? Atau cenderung keras kepala?
Apa mungkin sifat seperti itu sudah bisa dideteksi dari ABG berusia 11 tahun?
Nimo terbius untuk marathon melahap buku
itu diawali dari virus sehat yang ditularkan oleh Omnya, Om Bary tadi. Nimo
tau, dari keluarga Papanya, Om Bary adalah satu-satunya orang yang pekerjaannya
jauh dari dunia perbankan. Om Bary berprofesi sebagai kolektor barang antik, ia
punya beberapa outlet di Semarang dan Jakarta. Kedatangan Om Bary ke rumah Nimo
selalu dinantinya sepanjang bulan. Dengan membawa barang-barang antik hasil
perburuan dari seluruh penjuru negeri, Om Bary selalu punya tempat spesial buat
Nimo, apalagi buku-buku aneh pemberiannya. Mulai dari buku proses pembangunan
menara eiffel, sampai katalog parfum keluaran Rusia. Semuanya itu jadi vitamin
terampuh buat Nimo kecil.
Perfeksionis mungkin bisa diusulkan
menjadi nama tengahnya, Nimo Perfecto Exacty. Dia selalu memastikan koleksi
bukunya lengkap dan dalam keadaan prima setiap hari. Nimo punya kuas khusus
membersihkan debu dari buku, sampai obat spray anti kutu buku. Enampuluh persen
dinding kamar Nimo diisi dengan rak gantung dari kayu untuk memajang buku
koleksinya, ia mengatur semua itu tanpa dibantu siapa-siapa kecuali Bi Ira.
Semua orang pasti mengira hobi dan
kegilaan Nimo akan buku dan astronot ini mendapat dukungan penuh dari
orangtuanya. Kenyataannya tidak. Nimo butuh perjuangan khusus untuk itu semua.
Jadwal rutinnya menyambangi toko buku adalah kegiatan gerilya bawah tanah yang
dilakukannya sepulang sekolah bersama Bi Ira dan Pak Neman. Papanya tidak suka
buku, dan Mamanya tidak suka tumpukan buku di kamarnya, sempurna. Uang untuk
membeli buku ia dapatkan dari uang sakunya atau uang suprise dari Om Bary. Mamanya
membuat ultimatum, ‘Mama mau mengantarkan Nimo kemanapun, mau membelikan Nimo
apapun, asal bukan buku. Bukumu sudah terlalu banyak Nimo’.
Sedangkan Nimo tidak pernah bosan dengan
kegiatan apapun asal ada unsur buku di dalamnya. Membaca buku, menyampul buku,
mengatur buku, membeli buku, membersihkan buku bahkan meniduri buku. Nimo
selalu berpegang teguh selama 11 tahun ia hidup, 6 tahun terhitung saat ia
mulai bisa membaca, bahwa ‘reading changed dreams into life and life into
dreams’. Nimo percaya itu, ia akan membaca sebanyak yang ia mampu hingga ia
bisa jadi astronot dan ia bermimpi suatu saat kelak ia akan menuliskan jalan
hidupnya, serta pengalamannya menjadi astronot menjadi sebuah buku serial.
itu nimo apa kamu han?
ReplyDeletehaha