Monday, February 28, 2011

Emotion Penguras Jiwa


Semakin banyak gadget-gadget dan aplikasi yang menggunakan simbol-simbol atau emotion memang memberi sensasi tersendiri bagi kita dalam chatting, ber BBM atau ber sms ria. Pembicaraan menjadi seperti riil, dan seru. Tapi rupanya karena keseringan terus-menerus dibantu para emotion lucu-lucu ini, kita sering kali mengalami saat-saat sulit untuk sekedar mengobrol dan berekspresi secara nyata. Secara nyata dan langsung, bukan by sms, by tweet atau by by yang lainnya.

Saya pernah dihadapkan pada situasi yang membuat saya berpikir akan hal ini. Singkat cerita, hari itu saya bermalas-malasan di kamar ditemani dua teman saya yang asyik ber BBM an dan bertweeteran ria. Dari pagi sampai mau maghrib, kegiatan mereka berdua tak lepas dari BB yang mereka gandrungi itu. Saya hanya berusaha membunuh waktu dengan melek, mbaca majalah, tidur, ngelamun dan sesekali mbales sms. Kita hampir melewati berapa jam itu tanpa obrolan nyata sedikitpun. Obrolan hanya bersifat not riil, di HP-HP kita.

Saat dua teman saya itu mulai pembicaraan nyata ( jelas sekali bagi saya yang menonton), mereka kelihatan seperti dua orang yang baru kenal, dan sangat sulit untuk berekspresi.Si A menegur si B masalah ces-cesan yang tertukar, cara si A menegur, ekspresi wajahnya, dan cara si B menaggapi hal sepele itu sangat-sangat tampak janggal. Kaya ada sesuatu yang beku dan belum cair sama sekali. Mereka berdua kelihatan sangat sulit untuk memilih ekspresi apa yang harus ditampakkan, padahal cuma acara menegur dan ditegur.

Keadaan baru cair dan obrolan bisa mulai mengalir, setelah kita yah, kurang lebih setengah jam setelah adegan panjang tanpa suara sebelumnya. Kita seperti kehilangan kemudahan untuk berekspresi setelah berapa jam berekspresi dengan ikon dan symbol bantuan yang seringkali menipu.

Emotion-emotion yang lahir di layar-layar obrolan kita kadang tidak sesuai dengan apa yang kita alami dan apa yang kita rasakan. Meskipun saya mengakui banyak sekali manfaat dengan adanya emotion-emotion, symbol, ikon atau apalah sebutannya itu, tapi ternyata kita perlu membatasi kecanduan-kecanduan mengobrol dengan itu. Jika kita tidak mau mengalami kesulitan memilih kata, berespresi, dan mudah naiknya emosi karena terlalu sering menjadi pengguna emotion dan teman-temannya.

No comments:

Post a Comment