Monday, September 21, 2009

semua untuk TEMAN

dudung dan maman asal citaman
mengadu nasib di perantauan
kerja keras mencari makan
walau upah tidak sepadan

oh... mereka selalu bersama
dalam suka ataupun duka
tak pernah putus asa

dudung dan maman telah berjanji
berjuang untuk meraih mimpi
bila sukses nanti akan kembali
untuk meminang kekasih hati

oh... mereka telah bersumpah
walau raga sudah lelah
tak kan pernah menyerah

Reff :
persahabatan dudung maman
tak pernah lekang oleh zaman
persahabatan dudung maman
bersama taklukan dunia

oh... mereka selalu bersama
dalam suka ataupun duka
tak pernah putus as
oh... mereka telah bersumpah
walau raga sudah lelah
tak kan pernah menyerah

Hubungan tulisan saya dengan foto di atas adalah di dalam foto itu terlihat jelas dua anak laki-laki berumur sekitar 10 tahun, mereka adalah putra dari ustadzah-ustadzah saya. Mereka hidup bertetangga di kompleks guru di PPMI Assalaam, letak rumah dan kesamaan nasib adalah alasan utama dari senyum mereka di foto yang saya nilai sangat lepas dan tulus untuk sebuah pertemanan.
Melihat foto yang saya ambil secara spontan dan tidak sengaja itu membuat saya berpikir tentang banyak hal. Terutama tentang sebuah hubungan antar dua manusia atau lebih yang disebut persahabatan atau yang lebih sesuai dengan ideologi saya, pertemanan. Saya tidak mau berkata banyak tentang sahabat, karena saya akui hingga sekarang, saya duduk di kelas XII sma saya belum pernah menemukan seorang yang bisa disebut dan dianggap sahabat. Saya tidak tahu mengapa mindset saya selalu terbentuk begitu, mungkin itu dari saya sendiri yang terlalu tinggi menetapkan syarat seseorang bisa disebut sahabat. Bahkan saya pesimis bisa menemukan itu dan tertulis dalam riwayat hidup saya, si A sahabat Raihanah. Hahaha. Tetapi saya juga tidak menutup kemungkinan banyak orang yang dalam hidupnya menemukan sahabat, bahkan lebih dari satu. Itu tergantung pribadi masing-masing. Cukup bagi saya seorang teman dan saya akan memberi penghargaan setinggi-tingginya untuk semua teman dalam perjalanan hidup saya. Bisa dibilang saya akan melakukan apa saja untuknya, untuk temanku. Hidup di sekolah asrama seperti saya menjadi alasan yang kuat untuk berpikiran seperti itu. Hidup jauh dari orang tua mengharuskan kita (saya dan teman-teman) saling menopang, dalam hal apapun. Itu menjadi suatu pelajaran moral yang sangat melekat dalam hati saya dan meyakinkan saya untuk memberi judul posting pertama saya SEMUA UNTUK TEMAN karena teman adalah orang yang selalu berjalan disebelahmu dan berkata, "tenang saja, percayakan semua padaku." Terima kasih teman. Saya selalu merindukan posisi berada di tengah-tengah kalian, sampai kapanpun. Seperti lirik lagu yang sangat sederhana tetapi cukup bermakna dari Changcuters di awal tulisan ini.

No comments:

Post a Comment